Rabu, 24 September 2008

penelitian

ABSTRAK

PENGARUH PEMANFAATAN MEDIA PENGAJARAN (ALAT PERAGA) DENGAN MODEL PENGAJARAN LANGSUNG TERHADAP PRESTASI SISWA PADA SUBPOKOK BAHASAN ENERGI BAGI SISWA KELAS VII SEMESTER 2 SMP NEGERI 2 BANGSAL

Nama : JULIANTO
Nomor Registrasi : 013184033
Program Studi : S-1 Pendidikan Fisika
Jurusan : Fisika
Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Telah dilakukan penelitian tentang Pengaruh Pemanfaatan Media Pengajaran (Alat Peraga) dengan Model Pengajaran Langsung Terhadap Prestasi Siswa Pada Subpokok Bahasan Energi Kelas VII SMP Negeri 2 Bangsal. Pengajaran langsung oleh guru harus memberikan informasi kepada siswa secara jelas dan spesifik mengenai keterampilan deklaratif dan pengetahuan prosedural. Untuk itu perlu adanya penggunaan media pengajaran (alat peraga) untuk membantu guru dalam menjelaskan, agar penjelasan yang diberikan lebih jelas diterima oleh siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Pemanfaatan Media Pengajaran (Alat Peraga) dengan Model Pengajaran Langsung Terhadap Prestasi Siswa Pada Subpokok Bahasan Energi Kelas VII SMP Negeri 2 Bangsal.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif eksperimental. Metode yang digunakan dalam penelitian ini meliputi metode pengumpulan dan analisis data. Dalam pengumpulan data kegiatan yang dilakukan adalah menentukan populasi dan sampel, menyusun instrumen penelitian, serta pelaksanaan penelitian.
Populasi penelitian adalah seluruh kelas VII SMP Negeri 2 Bangsal. Sampel penelitian diambil secara acak, yaitu 2 kelas masing-masing untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas VIIE sebagai kelas eksperimen dan kelas VIID sebagai kelas kontrol. Jumlah soal yang diujicobakan dalam penelitian ini sebanyak 25 soal. Hasil uji validitas diperoleh 10 soal gugur, dan 15 soal dinyatakan valid. Uji reliabilitas pada penelitian ini diperoleh koefisien reliabilitas r11 sebesar 1,196 sedangkan rmomen product (rtbl 95% ) sebesar 0,312 dan (rtbl 99% ) sebesar 0,403. Dari hasil tersebut diperoleh rhitung > rtabel menunjukkan item tersebut reliabel. Uji normalitas yang telah dilakukan diperoleh x2 untuk kelas kontrol 3,38 dan kelas eksperimen 5,08. Hasil yang diperoleh kurang dari x2 tabel sebesar 7,81 Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sampel dalam penelitian ini berdistribusi normal pada taraf signifikan 0,05. Hasil uji homogenitas diperoleh harga x2hitung= 1,12 dan x2tabel = 3,48 sehingga diperoleh nilai x2 hitung < thitung ="5,23" ttabel =" -1,98<"> ttabel dengan taraf signifikan α = 0,05. Dapat dikatakan ada perbedaan prestasi siswa antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah Pemanfaatan media pengajaran (alat peraga) dengan model pengajaran langsung pada subpokok bahasan energi berpengaruh terhadap prestasi siswa kelas VII SMP Negeri 2 Bangsal Kabupaten Mojokerto

BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Mata pelajaran fisika di sekolah dikembangkan dengan mengacu pada perkembangan fisika yang ditujukan untuk mendidik siswa agar mampu mengembangkan observasi dan eksperimentasi. Hal ini didasarkan oleh tujuan mata pelajaran fisika yakni, mengamati, memahami dan memanfaatkan gejala-gejala alam yang melibatkan zat (materi) dan energi (Kurikulum 2004 SMA : 1).
Kemampuan observasi dan eksperimentasi ini ditekankan pada melatih kemampuan berpikir eksperimen yang mencakup tata laksana percobaan dengan mengenal peralatan yang digunakan baik di dalam laboratorium maupun di alam sekitar kehidupan siswa (Kurikulum 2004 SMA : 2). Oleh karena itu dalam proses belajar mengajar diperlukan suatu sarana yang dapat membantu untuk menyampaikan materi ajar. Hal ini berhubungan dengan media pengajaran (alat peraga) yang digunakan dalam proses belajar mengajar sesuai dengan materi yang sedang dipelajari oleh siswa dalam kelas maupun di luar kelas.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh penulis pada kelas VII di SMP Negeri 2 Bangsal pada tanggal 27 Maret 2005, penulis mendapatkan bahwa prestasi siswa dalam belajar fisika kurang memuaskan. Penulis temukan juga bahwa penggunaan metode pengajaran yang diterapkan selalu monoton yaitu ceramah dan merangkum, karena metode tersebut dinilai oleh guru sangat sederhana dan praktis. Guru kurang bervariasi dalam proses belajar mengajar, dan terlihat siswa cepat menjadi bosan dan jenuh terhadap palajaran yang sedang dihadapinya terutama siswa yang memang tidak suka dengan pelajaran fisika.
Alat peraga pada umumnya bertujuan membantu guru menyampaikan materi ajar agar lebih mudah dimengerti dan dipahami oleh siswa. Sesuai dengan teori ganda dari Paivio, seperti yang dikutip Muhammad Nur (1999:20), menyatakan bahwa “informasi yang disajikan dengan dua kode yaitu secara verbal dan visual dapat diingat lebih lama daripada informasi yang disajikan hanya dengan salah satu dari dua cara tersebut”. Keberadaan alat peraga diharapkan dapat membantu guru dalam menyampaikan bagian materi yang perlu disampaikan secara visual. Setelah menerima materi secara verbal dan visual diharapkan siswa lebih mudah mengerti dan memahami materi ajar yang berarti meningkatkan daya serap siswa terhadap materi yang sedang dipelajarinya.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
“Bagaimana pengaruh pemanfaatan media Pengajaran (alat peraga) dengan model Pengajaran langsung terhadap prestasi siswa ?”.

C. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan pada permasalahan yang ada, maka penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui ketuntasan belajar siswa dengan menggunakan media pengajaran dengan model pengajaran langsung.
2. Mengetahui respon siswa terhadap penerapan model pengajaran langsung dengan pemanfaatan media pengajaran (alat peraga).

D. MANFAAT PENELITIAN
Setelah melakukan penelitian ini diharapkan :
1. Memberikan wacana yang sangat bermanfaat khususnya bagi para guru dalam melaksanakan tugas dan kewenangannya untuk tetap mempertimbangkan faktor media pengajaran (alat peraga).
2. Memberikan pengalaman yang nyata bagi penulis yang juga sangat berguna sebagai alat untuk mengembangkan kompetensi penulis sebagai pendidik/ guru.
3. Penerapan model pengajaran langsung dengan penggunaan media pengajaran (alat peraga) sebagai alternatif dalam meningkatkan prestasi siswa di sekolah.

E. Definisi, Asumsi dan keterbatasan penelitian
Definisi Operasional
a. Model Pengajaran
Model artinya contoh, acuan atau ragam dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan. Pengajaran artinya proses, cara menjadikan orang untuk belajar. Jadi model pengajaran artinya suatu macam cara agar menjadikan orang lain belajar.
b. Pengajaran Langsung
Pengajaran Langsung merupakan model pengajaran yang kegiatan belajar mengajarnya berpusat pada guru, dan mempunyai 5 langkah, yaitu menyiapkan siswa menerima pelajaran, demonstrasi, pelatihan terbimbing, umpan balik dan pelatihan lanjutan (mandiri). (Soeparman Kardi dan Mohamad Nur, 1999:7)
c. Media pengajaran
Media Pengajaran (alat peraga) adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima pesan sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat siswa sehingga terjadi proses belajar (Wahono Widodo, 2003:5).
Adapun media pengajaran yang dimaksud yaitu berupa alat praktikum sederhana yang sesuai dengan materi yang sedang disampaikan oleh seorang guru.

d. Prestasi Belajar
Prestasi belajar yaitu penilaian tentang kemajuan siswa dalam segala hal yang dipelajari di sekolah yang menyangkut pengetahuan siswa setelah mengikuti proses pengajaran yang dinyatakan sesudah hasil penilaian.
2. Asumsi Peneliti
Berbagai asumsi penelitian yang dapat dikemukakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Siswa-siswa kelas VII SMP Negeri 2 Bangsal memiliki kemampuan awal yang sama terhadap pelajaran fisika.
b. Nilai yang diperoleh siswa menggambarkan kemampuan siswa sebenarnya.
c. Siswa mengerjakan tes dengan jujur.
d. Guru yang bertindak sebagai pengajar pada mata pelajaran diasumsikan memiliki pengetahuan, keterampilan dan pengalaman yang cukup.
3. Keterbatasan Peneliti
a. Subyek penelitian ini hanya mencakup siswa kelas VII SMP Negeri 2 Bangsal yang mengikuti pelajaran pada semester 2 pada tahun pelajaran 2004/2005.
b. Perlakuan penelitian ini hanya dilakukan dalam waktu 3 sampai 4 kali pertemuan/tatap muka.
Materi yang disampaikan hanya Subpokok bahasan Energi Kelas VII Semester 2

F. Rumusan Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat ditarik rumusan hipotesis sebagai berikut :
“Pemanfaatan media pengajaran (alat peraga) dengan model pengajaran langsung pada subpokok bahasan energi berpengaruh terhadap prestasi siswa kelas VII SMP Negeri 2 Bangsal Kabupaten Mojokerto”.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Model Pengajaran Langsung
Dalam menyampaikan materi penulis menggunakan model pengajaran langsung. Model pengajaran langsung merupakan salah satu model pengajaran yang sebenarnya bersifat Teacher Center. Dalam menerapkan model pengajaran langsung guru harus mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan yang akan dilatihkan kepada siswa secara selangkah demi selangkah (Kardi, Nur:1999). Karena dalam pengajaran langsung peran guru sangat dominan, maka guru dituntut agar dapat menjadi seorang model yang menarik bagi siswa.

1. Landasan Teoritik
Model pengajaran langsung bertumpu pada prinsip-prinsip psikologi perilaku dan teori belajar sosial, khususnya tentang pemodelan (modelling), teori belajar sosial tentang pemodelan tingkah laku ini dikembangkan oleh Albert Bandura, teori belajar sosial yang dikembangkan oleh Bandura ini merupakan perluasan dari teori belajar perilaku tradisional. Bandura merasa bahwa sebagian besar belajar yang dialami oleh manusia tidak dibentuk dari konsekuensi-konsekuensi, melainkan manusia itu harus belajar dari model. Menurut Bandura, sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan secara selektif dan mengingat tingkah laku orang lain. Ada 4 fase dari belajar model, yaitu fase perhatian (attentional phase), fase retensi (retentional phase), fase reproduksi (reproductional phase), dan fase motivasi (motivational phase). Pada pengembangan model pengajaran, teori pemodelan tingkah laku ini paling banyak memberikan sumbangan terhadap pengembangan model pembelajaran langsung (Elok Sudibyo:2003)
2. Tujuan Hasil Belajar Siswa
Sebagian besar tugas guru adalah membantu siswa memperoleh pengetahuan prosedural. Muhammad Nur (1999:19), menyatakan bahwa pengetahuan prosedural adalah kemampuan untuk mengingat bagaimana melakukan sesuatu, khususnya tugas-tugas fisik. Selain itu guru juga membantu siswa untuk memahami pengetahuan deklaratif, yaitu pengetahuan tentang sesuatu (dapat diungkapkan dengan kata-kata). Memori deklaratif secara mental diorganisasikan dalam jaringan hubungan ide-ide yang berhubungan atau saling berkaitan dan disebut skemata atau skema (Muhammad Nur, 1999:17). Berbagai aspek skemata dapat dihubungkan oleh sederetan proposisi, atau keterkaitan (relationship).
Selain model pembelajaran langsung efektif untuk digunakan agar siswa menguasai pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif sederhana, model ini juga efektif untuk mengembangkan keterampilan belajar siswa. Beberapa keterampilan siswa yang harus dikembangkan oleh guru, seperti menggaris bawahi, membuat catatan, dan membuat rangkuman.

3. Tingkah laku Mengajar (Sintaks)
Dengan menggunakan model pengajaran langsung diharapkan guru dapat lebih jelas dalam memahami materi sehingga siswa juga dapat lebih mudah memahami materi yang sedang dipelajarinya.
Sesuai dengan sintaks model pengajaran langsung fase kedua yaitu mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan disini guru dapat menggunakan media pengajaran (alat peraga) yang sesuai dengan materi yang sedang disampaikan. Pelajaran ini termasuk juga pemberian kesempatan pada siswa untuk melakukan pelatihan dan pemberian umpan balik terhadap keberhasilan siswa. Pada fase pelatihan dan pemberian umpan balik tersebut, guru perlu selalu mencoba memberikan kepada siswa untuk menerapkan pengetahuan atau keterampilan yang dipelajari ke dalam situasi kehidupan yang nyata.

4. Lingkungan Belajar Dan Sistem Pengelolaan
Pengajaran langsung memerlukan perencanaan dan pelaksanaan yang sangat hati-hati dipihak guru. Agar efektif, pengajaran langsung mensyaratkan tiap detail keterampilan atau isi didefinisikan secara seksama. Demonstrasi dan kegiatan percobaan sederhana juga harus direncanakan dan dilaksanakan secara seksama. Meskipun tujuan pengajaran dapat direncanakan oleh guru dan siswa, model ini terutama berpusat pada guru. Sistem pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru harus menjamin terjadinya keterlibatan siswa, terutama melalui memperhatikan, mendengarkan dan resitasi (tanya jawab) yang terencana. Ini tidak berarti bahwa pengajaran bersifat otoriter, dingin dan tanpa humor, karena lingkungan belajar berorientasi pada tugas dan memberi harapan tinggi agar siswa mencapai hasil belajar optimal.

Media Pengajaran
Media adalah perantara/pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Dalam kaitannya dengan proses pengajaran, media adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima pesan sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat siswa sehingga terjadi proses belajar (Wahono Widodo, 2003:5).
Contoh–contoh media antara lain; video, televisi, komputer, diagram, bahan-bahan tercetak dan guru (Rudy Kustijono:2004). Itu semua dapat dipandang sebagai media jika medium itu membawa pesan yang berisi tujuan pengajaran. Sedangkan peranan guru sebagai pembimbing tidak dapat digantikan oleh media pengajaran, namun penyampaian informasi dapat disajikan oleh media pengajaran.
Salah satu peranan penting yang dimainkan oleh media adalah menyediakan referent konkrit dari suatu ide. Media juga memotivasi siswa dengan mengarahkan perhatiannya, mempertahankan perhatian, dan menciptakan respon emosional.

Teori Kode Ganda
Berdasarkan teori kode ganda (dual code theory) yang menyatakan bahwa ”informasi yang dikode secara visual dan verbal dapat diingat lebih baik daripada informasi yang dikode hanya dengan salah satu dari dua cara tersebut” (Nur, Muhammad, 1999:20). Peneliti berpikir untuk mempermudah menyampaikan materi secara visual kepada siswa diperlukan suatu alat bantu yaitu media pengajaran ( alat peraga).
Alat peraga yang digunakan dalam penelitian ini yaitu alat peraga dalam praktikum yang terdiri dari kelereng, rangkaian listrik, stop watch dan meteran. Alat peraga yang digunakan ini dikaitkan dengan materi yang sedang dipelajari oleh siswa. Sehingga dengan adanya alat peraga siswa dapat termotivasi dan lebih mudah dalam memahami materi yang sedang diajarkan oleh guru yang berarti meningkatkan daya serap siswa terhadap materi yang sedang dipelajarinya, dengan demikian prestasi siswa akan meningkat.

BAB III METODE PENELITIAN

Dalam melakukan penelitian diperlukan suatu rancangan agar penelitian sesuai dengan metode penelitian yang merupakan cara yang diatur dan terpikir dengan baik untuk mencapai maksud pada ilmu pengetahuan maupun dalam penelitian. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif eksperimental. Metode yang digunakan dalam penelitian ini meliputi metode pengumpulan dan analisis data.
A. Sasaran Penelitian
Sasaran penelitian ini adalah:
1. Populasi penelitian adalah seluruh kelas VII SMP Negeri 2 Bangsal
2. Sampel penelitian diambil secara acak, yaitu 2 kelas masing-masing untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol.
3. Kelas eksperimen, yaitu kelas VIIE dan kelas kontrol, yaitu kelas VIID.

B. Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah kuantitatif eksperimental. Dalam penelitian ini terdapat kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Kelompok kontrol dimaksudkan sebagai pembanding sejauh mana terjadinya perubahan karena treatment pada kelompok eksperimen. Treatment yang diberikan pada kelompok eksperimen adalah penerapan model pengajaran langsung dengan pemanfaatan media pengajaran (alat peraga), sedangkan pada kelompok kontrol diterapkan model pengajaran tanpa disertai pemanfaatan media pengajaran (alat peraga) selama pengajaran. Sebelum dimulai pengajaran pada kelompok kontrol dan eksperimen, diberikan pre test pada keduanya untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman siswa terhadap materi yang akan diberikan. Selanjutnya masing-masing kelompok diberi pengajaran sesuai dengan rancangan yang telah ditetapkan. Setelah pengajaran selesai kedua kelompok diberi post test.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan desain “ Pre test dan Post test Controlled Group Desain “ yaitu desain penelitian yang digambarkan sebagai berikut :
Tabel 3.1. Desain Penelitian
Kelompok
Pre test
Treatment
Post test
Eksperimen
T1
Xa
T2
Kontrol
T1
Xb
T2

Keterangan:
T1 : pre test ( pemberian tes sebelum pengajaran )
T2 : post test ( pemberian tes setelah pengajaran )
Xa : pengajaran fisika dengan penggunaan model pengajaran langsung dengan pemanfaatan media pengajaran (alat peraga).
Xb : pengajaran fisika dengan penggunaan model pengajaran langsung tanpa pemanfaatan media pengajaran (alat peraga).

C. Variabel Penelitian atau Definisi Variabel Operasional

1. Variabel bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penggunaan model pengajaran langsung dengan disertai penggunaan media pengajaran (alat peraga).

2. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar siswa yang diperoleh dari hasil tes setelah pengajaran.

3. Variabel Kontrol
Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah materi pengajaran, guru, waktu belajar, kemampuan awal siswa.

D. Instrumen Penelitian
Untuk memperoleh data dalam penelitian, maka instrumen penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
a. Silabus
Silabus adalah garis-garis besar, ringkasan, ikhtisar, atau pokok-pokok isi atau materi pengajaran. Penyusunan silabus bermanfaat untuk:
b. Rencana Pengajaran
Rencana pengajaran adalah salah satu perangkat pengajaran yang dibuat oleh seorang guru dalam mengajar yang meliputi:
c. Lembar Kegiatan Siswa
Komponen-komponen yang terdapat dalam lembar kegiatan siswa adalah kompetensi dasar, indikator pencapaian hasil belajar, alat dan bahan, prosedur eksperimen dan pertanyaan.
d. Lembar Evaluasi
Lembar tes digunakan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan belajar siswa pada subpokok bahasan energi.
e. Lembar Angket
Digunakan untuk mengetahui pendapat siswa tentang kegiatan pengajaran.
E. Metode Pengumpulan Data
Data penelitian diperoleh dari hasil tes siswa langsung dari sampel penelitian yaitu nilai pre test dan post test. Selain itu juga diperoleh data dari lembar angket respon siswa selama kegiatan pengajaran berlangsung.
F. Teknik Analisis Data
Analisis data yang dilakukan sebagai berikut :
a. Validitas item
Validitas adalah “suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Dalam uji coba ini kesahihan yang digunakan adalah teknik korelasi product moment dengan angka kasar yang dirumuskan sebagai berikut :
Suharsimi Arikunto, 2002 :160
dengan pengertian :
rXY : koefisien korelasi antara X dan Y
N : jumlah peserta tes
ΣX : jumlah skor butir soal
ΣY : jumlah skor total
ΣXY: jumlah hasil kali skor dengan skor total
Untuk mengadakan interpretasi mengenai besarnya koefisien korelasi adalah sebagai berikut :
· Antara 0,800 sampai dengan 1,000 : sangat tinggi
· Antara 0,600 sampai dengan 0,800 : tinggi
· Antara 0,400 sampai dengan 0,600 : cukup
· Antara 0,200 sampai dengan 0,400 : rendah
· Antara 0,000 sampai dengan 0,200 :sangat rendah

b. Reliabilitas item
Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi, jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Dengan demikian reliabilitas menunjukkan kepada pengertian konsistensi hasil ukur, sejauh mana pengukuran itu dapat memberikan hasil yang relatif sama apabila dilakukan pengukuran ulang.
Reliabilitas dicari dengan menggunakan rumus Hoyt, sebagai berikut :

Suharsimi Arikunto, 2002 : 166
dengan :
r ­­11 : reliabilitas instrumen
Vr : varians responden
Vs : varians sisa
Untuk mencari reabilitas instrumen langkah-langkah yang dilalui adalah sebagai berikut :
Langkah 1 :
Mencari jumlah kuadrat responden dengan rumus :

(Suharsimi Arikunto, 2002 :167)
dengan keterangan :
Jk(r): jumlah kuadrat responden
k : banyaknya butir pertanyaan
N : banyaknya responden atau subyek
Xt : skor total setiap responden
Langkah 2 :
Mencari jumlah kuadrat butir dengan rumus :
(Suharsimi Arikunto, 2002 :167)
dengan keterangan :
Jk(b) : jumlah kuadrat butir
SB2 : jumlah kuadrat jawaban benar seluruh butir
(SX­t)2: kuadrat dari jumlah skor total
Langkah 3 :
Mencari jumlah kuadrat total dengan rumus :
(Suharsimi Arikunto, 2002 :167)
dengan keterangan :
Jk(t) : jumlah kuadrat total
SB : jumlah jawab benar seluruh butir
SS : jumlah jawab salah seluruh butir
Langkah 4 :
Jk(s) = Jk(t) – Jk(b) – Jk(r )
(Suharsimi Arikunto, 2002 :168)
Langkah 5 :
Mencari varians responden dan varians sisa
Derajat bebas (db): banyaknya N setiap sumber varians dikurangi 1
(Suharsimi Arikunto, 2002 :170)
Langkah 6 :
Memasukkan ke dalam rumus r11

c. Uji daya beda
Uji daya beda butir tes digunakan untuk membedakan siswa yang pandai yang diwakili kelompok atas dan siswa yang bodoh diwakili kelompok bawah. Angka yang menunjukkan daya beda disebut indek diskriminasi (D).
D = - = Pa-Pb
(Suharsimi Arikunto, 2002 : 210)
Keterangan :
D = indek diskriminasi
Ba = banyaknya kelompok atas yang menjawab benar suatu butir
Bb = banyaknya kelompok bawah yang menjawab benar suatu butir
Ja = banyaknya semua siswa kelompok atas
Jb = banyaknya semua siswa kelompok bawah
Pa = proporsi siswa kelompok atas yang menjawab benar suatu butir
Pb = proporsi siswa kelompok atas yang menjawab benar suatu butir
d. Uji taraf kesukaran
P =
(Suharsimi Arikunto, 2002 : 211)
Keterangan:
P = taraf kesukaran butir soal.
B = banyak siswa menjawab soal benar.
Js = jumlah siswa peserta tes
Taraf kesukaran digunakan untuk mengetahui kategori item tes yaitu:
a. Sukar : 0.00 – 0.30
b. Sedang : 0.30 – 0.70
c. Mudah : 0.70 – 1.00
Dalam analisis data, analisisnya dilakukan secara statistik, yaitu menggunakan uji t, tetapi sebelum data tersebut diuji t, terlebih dahulu dianalisis tentang normalitas dan homogenitas.

Langkah – langkah analisisnya adalah sebagai berikut:
a) Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah sampel terdistribusi normal atau sebaliknya. Untuk itu digunakan uji chi-kuadrat dengan rumus sebagai berikut
(Sudjana, 1996:273)

Keterangan:
= normalitas sampel
= frekuensi yang diharapkan
= frekuensi pengamatan
Kriteria pengujian adalah :
Tolak Ho jika hitung tabel
Langkah pengujian :
a. Merumuskan hipotesis
Ho = sampel random berasal dari populasi yang berdistribusi normal
Hi = sampel random berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal
b. Menyusun skor pre test pada tabel distribusi frekuensi
c. Menghitung rata-rata
= ,
(Sudjana, 1996: 95)
dengan : fi = jumlah siswa
xi= tanda kelas interval
d. Menentukan varians (s)
s2 = (Sudjana, 1996: 95)
e. Menentukan bilangan baku (z)
z = , dengan xi batas kelas interval
f. Menentukan luas tiap kelas interval dengan melihat harga pada tabel F
g. Menentukan harga frekuensi harapan ( Ei )
Ei = n x luas tiap kelas interval
h. Menentukan dk = (k-3), k adalah banyak kelas interval
i. Menghitung harga x2
j. Menarik kesimpulan
b) Uji Homogenitas
Untuk menguji homogenitas sampel, digunakan uji Bartlett dengan langkah sebagai berikut :
· Merumuskan hipotesis
Ho = tidak ada perbedaan varians di antara kelompok sampel
Hi = ada perbedaan varians di antara kelompok sampel
· Menyusun skor pretes kelas kontrol dan eksperimen dalam tabel distribusi frekuensi
· Menghitung mean ( 1 dan 2 )
· Menentukan varians gabungan (sgab)
s2gab. = (Suharsimi Arikunto, 2002 : 290)
· Menentukan bilangan baku (B)
B = (log s2gab.) (Suharsimi Arikunto, 2002 : 291)
· Menentukan harga X2
X2=(ln10)
(Suharsimi Arikunto, 2002 : 292)
· Kriteria pengujian, tolak Ho jika X2 ≥ X2 (1-α)(k-1)
· Menarik kesimpulan
c) Uji Hipotesis
Uji t sebagai pengujian terhadap hipotesis dalam penelitian ini yaitu dengan langkah sebagai berikut :
· Merumuskan hipotesis
· Menentukan taraf signifikan = 0.05 dan dk = (n1+n2) – 2
· Menentukan kriteria pengujian
· Menentukan varians gabungan
(Sudjana, 1996: 208)
keterangan:
= rata – rata nilai kelompok eksperimen
= rata – rata nilai kelompok kontrol
= jumlah siswa kelompok eksperimen
= jumlah siswa kelompok kontrol
s2 = varians
= simpangan baku kelompok eksperimen
= simpangan baku kelompok kontrol
· Menentukan nilai statistik uji t
(Sudjana, 1996:239)
Kriteria pengujiannya adalah terima hipotesis bila - dengan diperoleh dari daftar distribusi t , derajat kebebasan =
· Menarik kesimpulan
e. ANALISIS DATA ANGKET.
Analisis data angket dilakukan dengan penarikan kesimpulan yang didasarkan pada persentase jawaban angket, angket siswa hanya diberikan pada kelas eksperimen. Secara singkat langkah-langkah menganalisis hasil angket adalah sebagai berikut:
1. Menghitung jumlah siswa yang memilih tiap alternatif jawaban.
2. Menghitung persentase dengan menggunakan rumus :
P = F / N X 100%

Keterangan:
P = Persentase (%)
F = Jumlah penjawab item
N = jumlah responden

f. KETUNTASAN BELAJAR.
Prestasi siswa selama pengajaran berlangsung diperoleh melalui evaluasi setelah pengajaran. Evaluasi merupakan fungsi yang paling utama dan merupakan bagian terpenting dalam program pendidikan. Evaluasi dalam pengajaran menempati kedudukan penting yang merupakan perbaikan situasi belajar dan mengajar sekolah bahkan program sekolah secara keseluruhan. Pengajaran sebagai sistem yang terdiri dari beberapa komponen yang saling berkaitan satu sama yang lain. Untuk mengetahui keberhasilan program pengajaran diperlukan evaluasi.
Evaluasi berhubungan dengan prestasi yang dicapai siswa. Prestasi siswa dapat dilihat melalui peningkatan hasil belajarnya dari nilai tes yang diperolehnya. Ketuntasan kelas digunakan untuk mengetahui daya serap siswa dalam satu kelas terhadap materi yang diajarkan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

KT = f / n X 100%

Keterangan:
KT = Ketuntasan kelas
f = Jumlah siswa yang tuntas
n = Jumlah siswa

secara berkelompok at­u satu kelas dianggap tuntas belajar bila ketuntasan kelas mencapai 85% dari jumlah siswa yang mencapai daya serap 65% (Usman, M.Uzer, 2000 : 64).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2005 dengan 6 kali tatap muka yang terbagi dalam 2 minggu yaitu minggu kedua dan ketiga dalam bulan Mei yaitu tepatnya pada tanggal 14 dan 21.
Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh data hasil penelitian yang meliputi data instrumen penelitian, nilai pre test dan post test. Data-data yang diperoleh dianalisis sesuai langkah-langkah pada Bab III.
A. Analisis Data Instrumen
Sebelum digunakan sebagai alat evaluasi dalam instrumen penelitian, butir-butir tes tersebut diujicobakan terlebih dahulu untuk mengetahui validitas atau kesahihan, taraf kesukaran tiap butir tes, daya beda serta reliabilitas butir tes. Uji coba butir-butir tes tersebut dilakukan pada siswa kelas VIID SMP NEGERI 1 Bangsal - Mojokerto.
Soal-soal yang diujicobakan sebanyak 25 butir soal dalam bentuk pilihan ganda. Setelah ujicoba instrumen penelitian ini, kemudian diadakan analisis yang meliputi validitas butir soal, reliabilitas butir soal, daya beda dan taraf kesukaran.
1. Uji validitas
Jumlah soal yang diujicobakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 25 butir soal. Dari keseluruhan soal tersebut ada 10 soal yang rendah nilai validitasnya sehingga dinyatakan gugur yaitu 3,10,17,19,
20,21,22,23,24,25. Kemudian sisa butir soal yang digunakan dalam penelitian atau dengan kata lain memiliki nilai validitas yang cukup dan tinggi sebanyak 15 butir soal, yaitu 1,2,4,5,6,7,8,9,11,12,13,14,15,
16,18
2. Uji reliabilitas
Uji reliabilitas pada penelitian yang mengambil sub pokok bahasan energi ini menggunakan rumus Hyott. Hasil perhitungan yang dilakukan diperoleh koefisien reliabilitas r11 sebesar 1,196 sedangkan rmomen product (rtbl 95%) sebesar 0,312 dan (rtbl 99% ) sebesar 0,403. Dari hasil tersebut diperoleh rhitung > rtabel menunjukkan item tersebut dinyatakan reliabel.
3. Uji daya beda
Dari butir soal yang telah diujicobakan diperoleh daya beda item yang dapat diklasifikasikan ke dalam kategori baik, cukup, jelek. Kemudian diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 4.1. Uji daya beda
Jumlah Item
Kategori
11
14
Cukup
Jelek

4. Uji taraf kesukaran
Dari keseluruhan item yang diujicobakan dapat diklasifikasikan dalam kategori soal sulit, sedang, dan mudah.
Hasil analisis taraf kesukaran dapat dilihat dalam tabel berikut :
Tabel 4.2. Uji taraf kesukaran
Jumlah Item
Kategori
6
12
7
Sulit
Sedang
Mudah

B. Data Hasil Penelitian
Hasil penelitian yang diperoleh berupa nilai pre test yang diberikan pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen sebelum diberi treatment oleh peneliti, dan nilai post test yang diberikan pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen setelah mendapat treatment dari peneliti. Angket diberikan pada kelompok eksperimen untuk mengetahui respon siswa terhadap proses belajar mengajar dalam kelas.
Dari angket dapat diketahui kekurangan dan kelebihan seorang guru dalam mengajar di kelas serta keinginan siswa tentang proses pengajaran untuk materi selanjutnya. Berdasarkan daftar nilai hasil belajar siswa kelas kontrol dan eksperimen dapat dilihat rata-rata belajar siswa pada masing- masing kelas pada tabel sebagai berikut :
Tabel 4.3 Nilai rata-rata belajar siswa
Kelas
Nilai Rata – rata
Pre test
Post test
Eksperimen
55,14
79,60
Kontrol
59,17
71,30

C. Analisis Data Hasil Penelitian
1. Analisis Data Pre test
a. Uji normalitas
Uji normalitas dilakukan pada nilai pre tes dari tiap kelas kontrol dan kelas eksperimen. Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui pola penyebaran data penelitian. Uji ini dilakukan dengan menggunakan rumus chi-kuadrat.


Dari perhitungan diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 4. 6 Uji normalitas
Kelas
db=k-3
x2hitung
x2tbl , =
0.05
Ket
Eksp
3
5,08
7,81
Normal

Kont
3
3,38
7,81
Normal

Terlihat dari tabel di atas bahwa x2htg < x2tbl ini berarti skor pre test berasal dari sampel yang terdistribusi normal.
b. Uji homogenitas sampel
Uji ini dilakukan pada data nilai pre test kelas kontrol dan kelas eksperimen. Uji homogenitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah sampel yang digunakan homogen atau tidak.
Perhitungan uji homogenitas ini menggunakan rumus Barlett, dengan hasil yang dapat dilihat dalam tabel di bawah ini :
Tabel 4.7 Uji homogenitas sampel
Data nilai
x2hitung
x2tbl α=0.05
Ketr.
Pre test
1,1213
3,481
Homogen

Terlihat bahwa nilai x2hitung < x2tabel maka dapat dikatakan data pre test sampel yang digunakan adalah homogen
2. Uji Hipotesis
Uji hipotesis yang digunakan adalah uji kesamaan dua rata-rata. Uji ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan peningkatan hasil belajar siswa antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
Ho : tidak ada perbedaan hasil belajar siswa kelompok kontrol dan
eksperimen.
Hi : ada perbedaan hasil belajar siswa kelompok kontrol dan eksperimen.
Setelah dilakukan analisis, diperoleh hasil perhitungan sebagai berikut :
a. Taraf signifikan yang digunakan adalah α = 0,05
b. Simpangan baku kelompok kontrol sk2 = 69,79
c. Simpangan baku kelompok eksperimen se2 = 31,58
d. Simpangan baku gabungan sgab2 = 50,91
e. Derajad kebebasan dk = 79
Hasil perhitungan secara singkat dapat dilihat dari tabel di bawah ini :
Tabel 4.8 Uji hipotesis
thitung
ttabel α = 0,05
5,23
-1,98 < t < 1,98

Terlihat bahwa nilai thitung di luar interval ttabel(α = 0,05) maka dapat dikatakan bahwa Ho ditolak dan Hi diterima. Ini berarti ada perbedaan prestasi siswa antara kelas kontrol dan kelas eksperimen.

D. Pembahasan Data Hasil Penelitian
Setelah dipaparkan hasil analisis dari keseluruhan data di atas, maka dapat dibahas hasil-hasil tersebut sebagai berikut :
1. Soal Instrumen
Jumlah keseluruhan butir soal yang diujicobakan adalah 25 butir. Setelah dilakukan analisis seperti pada Lampiran X, diperoleh jumlah butir soal yang dipakai dalam penelitian ini sebanyak 15 butir soal dan 10 soal dibuang atau tidak dipakai. Dari 15 butir soal inilah yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa yang berupa pre test dan post test.
2. Nilai Prestasi Belajar Siswa
Berdasarkan pada uji normalitas yang telah dilakukan diperoleh x2 untuk kelas kontrol 3,38 dan kelas eksperimen 5,08. Hasil yang diperoleh kurang dari x2 tabel sebesar 7,81 Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sampel dalam penelitian ini berdistribusi normal pada taraf signifikan 0,05.
Hasil uji homogenitas yang diberlakukan pada nilai pretes kelompok kontrol dan kelompok eksperimen diperoleh harga x2 sebesar 1,12 yang kurang dari x2tabel sebesar 3,48 dengan α = 0,05 maka kedua kelas yang digunakan adalah sampel yang homogen atau sama besar.
Untuk uji hipotesis yang menggunakan uji t, hipotesis dapat diterima karena nilai thitung = 5,23 dan ttabel = -1.98 <> ttabel dengan pada taraf signifikan α = 0,05. Dapat dikatakan ada perbedaan rata-rata nilai post test antara siswa yang diberi treatment dengan model pengajaran langsung dengan pemanfaatan media pengajaran (alat peraga) dengan siswa yang tidak diberi perlakuan selama kegiatan belajar mengajar.
Hasil observasi dari lembar pengamatan pada saat pembelajaran berlangsung, diperoleh data respon siswa terhadap proses belajar mengajar di kelas.
Berdasarkan hasil observasi dari lembar pengamatan respon siswa terhadap PBM dapat disimpulkan bahwa guru diharapkan memberikan kesempatan bagi siswa untuk bertanya (40%) dan setiap pembelajaran diharapkan memakai media pembelajaran (alat peraga) yang sesuai dengan materi yang diajarkan pada saat itu (60%), karena dapat menimbulkan motivasi bagi siswa .

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN
Berdasarkan pengujian hipotesis dan analisis data yang telah dilakukan diperoleh:
1. Ada perbedaan prestasi belajar siswa yang menggunakan alat peraga sebagai media pengajaran (kelas eksperimen) dan siswa yang tidak menggunakan media pengajaran (kelas kontrol), hal ini terbukti dari hasil nilai thitung = 5,32 dan ttabel = -1,98<> ttabel dengan taraf signifikan α = 0,05.
2. Respon siswa terhadap pengajaran dengan pemanfaatan media pengajaran (alat peraga) adalah sangat menyenangkan dan lebih mudah dalam memahami materi pelajaran yang sedang dipelajarinya.
Dengan demikian Pemanfaatan media pengajaran (alat peraga) dengan model pengajaran langsung pada subpokok bahasan energi berpengaruh terhadap prestasi siswa kelas VII SMP Negeri 2 Bangsal Kabupaten Mojokerto.

B. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh peneliti, ada beberapa sumbang pendapat sebagai berikut :
a. Melihat hasil penelitian tentang Pengaruh Pemanfaatan media pengajaran (alat peraga) dengan model pengajaran langsung dapat meningkatkan prestasi siswa, maka sebaiknya guru mengembangkan penerapan pengajaran ini dalam kegiatan belajar mengajar di kelas dan disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan oleh guru tersebut.
b. Dalam proses belajar mengajar sebaiknya guru memberikan kesempatan bagi siswa untuk bertanya, sehingga terjadi interaksi timbal balik antar siswa maupun interaksi siswa dengan guru.




































ABSTRAK

PENGARUH PEMANFAATAN MEDIA PENGAJARAN (ALAT PERAGA) DENGAN MODEL PENGAJARAN LANGSUNG TERHADAP PRESTASI SISWA PADA SUBPOKOK BAHASAN ENERGI BAGI SISWA KELAS VII SEMESTER 2 SMP NEGERI 2 BANGSAL

Nama : JULIANTO
Nomor Registrasi : 013184033
Program Studi : S-1 Pendidikan Fisika
Jurusan : Fisika
Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Telah dilakukan penelitian tentang Pengaruh Pemanfaatan Media Pengajaran (Alat Peraga) dengan Model Pengajaran Langsung Terhadap Prestasi Siswa Pada Subpokok Bahasan Energi Kelas VII SMP Negeri 2 Bangsal. Pengajaran langsung oleh guru harus memberikan informasi kepada siswa secara jelas dan spesifik mengenai keterampilan deklaratif dan pengetahuan prosedural. Untuk itu perlu adanya penggunaan media pengajaran (alat peraga) untuk membantu guru dalam menjelaskan, agar penjelasan yang diberikan lebih jelas diterima oleh siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Pemanfaatan Media Pengajaran (Alat Peraga) dengan Model Pengajaran Langsung Terhadap Prestasi Siswa Pada Subpokok Bahasan Energi Kelas VII SMP Negeri 2 Bangsal.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif eksperimental. Metode yang digunakan dalam penelitian ini meliputi metode pengumpulan dan analisis data. Dalam pengumpulan data kegiatan yang dilakukan adalah menentukan populasi dan sampel, menyusun instrumen penelitian, serta pelaksanaan penelitian.
Populasi penelitian adalah seluruh kelas VII SMP Negeri 2 Bangsal. Sampel penelitian diambil secara acak, yaitu 2 kelas masing-masing untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas VIIE sebagai kelas eksperimen dan kelas VIID sebagai kelas kontrol. Jumlah soal yang diujicobakan dalam penelitian ini sebanyak 25 soal. Hasil uji validitas diperoleh 10 soal gugur, dan 15 soal dinyatakan valid. Uji reliabilitas pada penelitian ini diperoleh koefisien reliabilitas r11 sebesar 1,196 sedangkan rmomen product (rtbl 95% ) sebesar 0,312 dan (rtbl 99% ) sebesar 0,403. Dari hasil tersebut diperoleh rhitung > rtabel menunjukkan item tersebut reliabel. Uji normalitas yang telah dilakukan diperoleh x2 untuk kelas kontrol 3,38 dan kelas eksperimen 5,08. Hasil yang diperoleh kurang dari x2 tabel sebesar 7,81 Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sampel dalam penelitian ini berdistribusi normal pada taraf signifikan 0,05. Hasil uji homogenitas diperoleh harga x2hitung= 1,12 dan x2tabel = 3,48 sehingga diperoleh nilai x2 hitung < thitung ="5,23" ttabel =" -1,98<"> ttabel dengan taraf signifikan α = 0,05. Dapat dikatakan ada perbedaan prestasi siswa antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah Pemanfaatan media pengajaran (alat peraga) dengan model pengajaran langsung pada subpokok bahasan energi berpengaruh terhadap prestasi siswa kelas VII SMP Negeri 2 Bangsal Kabupaten Mojokerto

BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Mata pelajaran fisika di sekolah dikembangkan dengan mengacu pada perkembangan fisika yang ditujukan untuk mendidik siswa agar mampu mengembangkan observasi dan eksperimentasi. Hal ini didasarkan oleh tujuan mata pelajaran fisika yakni, mengamati, memahami dan memanfaatkan gejala-gejala alam yang melibatkan zat (materi) dan energi (Kurikulum 2004 SMA : 1).
Kemampuan observasi dan eksperimentasi ini ditekankan pada melatih kemampuan berpikir eksperimen yang mencakup tata laksana percobaan dengan mengenal peralatan yang digunakan baik di dalam laboratorium maupun di alam sekitar kehidupan siswa (Kurikulum 2004 SMA : 2). Oleh karena itu dalam proses belajar mengajar diperlukan suatu sarana yang dapat membantu untuk menyampaikan materi ajar. Hal ini berhubungan dengan media pengajaran (alat peraga) yang digunakan dalam proses belajar mengajar sesuai dengan materi yang sedang dipelajari oleh siswa dalam kelas maupun di luar kelas.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh penulis pada kelas VII di SMP Negeri 2 Bangsal pada tanggal 27 Maret 2005, penulis mendapatkan bahwa prestasi siswa dalam belajar fisika kurang memuaskan. Penulis temukan juga bahwa penggunaan metode pengajaran yang diterapkan selalu monoton yaitu ceramah dan merangkum, karena metode tersebut dinilai oleh guru sangat sederhana dan praktis. Guru kurang bervariasi dalam proses belajar mengajar, dan terlihat siswa cepat menjadi bosan dan jenuh terhadap palajaran yang sedang dihadapinya terutama siswa yang memang tidak suka dengan pelajaran fisika.
Alat peraga pada umumnya bertujuan membantu guru menyampaikan materi ajar agar lebih mudah dimengerti dan dipahami oleh siswa. Sesuai dengan teori ganda dari Paivio, seperti yang dikutip Muhammad Nur (1999:20), menyatakan bahwa “informasi yang disajikan dengan dua kode yaitu secara verbal dan visual dapat diingat lebih lama daripada informasi yang disajikan hanya dengan salah satu dari dua cara tersebut”. Keberadaan alat peraga diharapkan dapat membantu guru dalam menyampaikan bagian materi yang perlu disampaikan secara visual. Setelah menerima materi secara verbal dan visual diharapkan siswa lebih mudah mengerti dan memahami materi ajar yang berarti meningkatkan daya serap siswa terhadap materi yang sedang dipelajarinya.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
“Bagaimana pengaruh pemanfaatan media Pengajaran (alat peraga) dengan model Pengajaran langsung terhadap prestasi siswa ?”.

C. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan pada permasalahan yang ada, maka penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui ketuntasan belajar siswa dengan menggunakan media pengajaran dengan model pengajaran langsung.
2. Mengetahui respon siswa terhadap penerapan model pengajaran langsung dengan pemanfaatan media pengajaran (alat peraga).

D. MANFAAT PENELITIAN
Setelah melakukan penelitian ini diharapkan :
1. Memberikan wacana yang sangat bermanfaat khususnya bagi para guru dalam melaksanakan tugas dan kewenangannya untuk tetap mempertimbangkan faktor media pengajaran (alat peraga).
2. Memberikan pengalaman yang nyata bagi penulis yang juga sangat berguna sebagai alat untuk mengembangkan kompetensi penulis sebagai pendidik/ guru.
3. Penerapan model pengajaran langsung dengan penggunaan media pengajaran (alat peraga) sebagai alternatif dalam meningkatkan prestasi siswa di sekolah.

E. Definisi, Asumsi dan keterbatasan penelitian
Definisi Operasional
a. Model Pengajaran
Model artinya contoh, acuan atau ragam dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan. Pengajaran artinya proses, cara menjadikan orang untuk belajar. Jadi model pengajaran artinya suatu macam cara agar menjadikan orang lain belajar.
b. Pengajaran Langsung
Pengajaran Langsung merupakan model pengajaran yang kegiatan belajar mengajarnya berpusat pada guru, dan mempunyai 5 langkah, yaitu menyiapkan siswa menerima pelajaran, demonstrasi, pelatihan terbimbing, umpan balik dan pelatihan lanjutan (mandiri). (Soeparman Kardi dan Mohamad Nur, 1999:7)
c. Media pengajaran
Media Pengajaran (alat peraga) adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima pesan sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat siswa sehingga terjadi proses belajar (Wahono Widodo, 2003:5).
Adapun media pengajaran yang dimaksud yaitu berupa alat praktikum sederhana yang sesuai dengan materi yang sedang disampaikan oleh seorang guru.

d. Prestasi Belajar
Prestasi belajar yaitu penilaian tentang kemajuan siswa dalam segala hal yang dipelajari di sekolah yang menyangkut pengetahuan siswa setelah mengikuti proses pengajaran yang dinyatakan sesudah hasil penilaian.
2. Asumsi Peneliti
Berbagai asumsi penelitian yang dapat dikemukakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Siswa-siswa kelas VII SMP Negeri 2 Bangsal memiliki kemampuan awal yang sama terhadap pelajaran fisika.
b. Nilai yang diperoleh siswa menggambarkan kemampuan siswa sebenarnya.
c. Siswa mengerjakan tes dengan jujur.
d. Guru yang bertindak sebagai pengajar pada mata pelajaran diasumsikan memiliki pengetahuan, keterampilan dan pengalaman yang cukup.
3. Keterbatasan Peneliti
a. Subyek penelitian ini hanya mencakup siswa kelas VII SMP Negeri 2 Bangsal yang mengikuti pelajaran pada semester 2 pada tahun pelajaran 2004/2005.
b. Perlakuan penelitian ini hanya dilakukan dalam waktu 3 sampai 4 kali pertemuan/tatap muka.
Materi yang disampaikan hanya Subpokok bahasan Energi Kelas VII Semester 2

F. Rumusan Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat ditarik rumusan hipotesis sebagai berikut :
“Pemanfaatan media pengajaran (alat peraga) dengan model pengajaran langsung pada subpokok bahasan energi berpengaruh terhadap prestasi siswa kelas VII SMP Negeri 2 Bangsal Kabupaten Mojokerto”.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Model Pengajaran Langsung
Dalam menyampaikan materi penulis menggunakan model pengajaran langsung. Model pengajaran langsung merupakan salah satu model pengajaran yang sebenarnya bersifat Teacher Center. Dalam menerapkan model pengajaran langsung guru harus mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan yang akan dilatihkan kepada siswa secara selangkah demi selangkah (Kardi, Nur:1999). Karena dalam pengajaran langsung peran guru sangat dominan, maka guru dituntut agar dapat menjadi seorang model yang menarik bagi siswa.

1. Landasan Teoritik
Model pengajaran langsung bertumpu pada prinsip-prinsip psikologi perilaku dan teori belajar sosial, khususnya tentang pemodelan (modelling), teori belajar sosial tentang pemodelan tingkah laku ini dikembangkan oleh Albert Bandura, teori belajar sosial yang dikembangkan oleh Bandura ini merupakan perluasan dari teori belajar perilaku tradisional. Bandura merasa bahwa sebagian besar belajar yang dialami oleh manusia tidak dibentuk dari konsekuensi-konsekuensi, melainkan manusia itu harus belajar dari model. Menurut Bandura, sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan secara selektif dan mengingat tingkah laku orang lain. Ada 4 fase dari belajar model, yaitu fase perhatian (attentional phase), fase retensi (retentional phase), fase reproduksi (reproductional phase), dan fase motivasi (motivational phase). Pada pengembangan model pengajaran, teori pemodelan tingkah laku ini paling banyak memberikan sumbangan terhadap pengembangan model pembelajaran langsung (Elok Sudibyo:2003)
2. Tujuan Hasil Belajar Siswa
Sebagian besar tugas guru adalah membantu siswa memperoleh pengetahuan prosedural. Muhammad Nur (1999:19), menyatakan bahwa pengetahuan prosedural adalah kemampuan untuk mengingat bagaimana melakukan sesuatu, khususnya tugas-tugas fisik. Selain itu guru juga membantu siswa untuk memahami pengetahuan deklaratif, yaitu pengetahuan tentang sesuatu (dapat diungkapkan dengan kata-kata). Memori deklaratif secara mental diorganisasikan dalam jaringan hubungan ide-ide yang berhubungan atau saling berkaitan dan disebut skemata atau skema (Muhammad Nur, 1999:17). Berbagai aspek skemata dapat dihubungkan oleh sederetan proposisi, atau keterkaitan (relationship).
Selain model pembelajaran langsung efektif untuk digunakan agar siswa menguasai pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif sederhana, model ini juga efektif untuk mengembangkan keterampilan belajar siswa. Beberapa keterampilan siswa yang harus dikembangkan oleh guru, seperti menggaris bawahi, membuat catatan, dan membuat rangkuman.

3. Tingkah laku Mengajar (Sintaks)
Dengan menggunakan model pengajaran langsung diharapkan guru dapat lebih jelas dalam memahami materi sehingga siswa juga dapat lebih mudah memahami materi yang sedang dipelajarinya.
Sesuai dengan sintaks model pengajaran langsung fase kedua yaitu mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan disini guru dapat menggunakan media pengajaran (alat peraga) yang sesuai dengan materi yang sedang disampaikan. Pelajaran ini termasuk juga pemberian kesempatan pada siswa untuk melakukan pelatihan dan pemberian umpan balik terhadap keberhasilan siswa. Pada fase pelatihan dan pemberian umpan balik tersebut, guru perlu selalu mencoba memberikan kepada siswa untuk menerapkan pengetahuan atau keterampilan yang dipelajari ke dalam situasi kehidupan yang nyata.

4. Lingkungan Belajar Dan Sistem Pengelolaan
Pengajaran langsung memerlukan perencanaan dan pelaksanaan yang sangat hati-hati dipihak guru. Agar efektif, pengajaran langsung mensyaratkan tiap detail keterampilan atau isi didefinisikan secara seksama. Demonstrasi dan kegiatan percobaan sederhana juga harus direncanakan dan dilaksanakan secara seksama. Meskipun tujuan pengajaran dapat direncanakan oleh guru dan siswa, model ini terutama berpusat pada guru. Sistem pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru harus menjamin terjadinya keterlibatan siswa, terutama melalui memperhatikan, mendengarkan dan resitasi (tanya jawab) yang terencana. Ini tidak berarti bahwa pengajaran bersifat otoriter, dingin dan tanpa humor, karena lingkungan belajar berorientasi pada tugas dan memberi harapan tinggi agar siswa mencapai hasil belajar optimal.

Media Pengajaran
Media adalah perantara/pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Dalam kaitannya dengan proses pengajaran, media adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima pesan sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat siswa sehingga terjadi proses belajar (Wahono Widodo, 2003:5).
Contoh–contoh media antara lain; video, televisi, komputer, diagram, bahan-bahan tercetak dan guru (Rudy Kustijono:2004). Itu semua dapat dipandang sebagai media jika medium itu membawa pesan yang berisi tujuan pengajaran. Sedangkan peranan guru sebagai pembimbing tidak dapat digantikan oleh media pengajaran, namun penyampaian informasi dapat disajikan oleh media pengajaran.
Salah satu peranan penting yang dimainkan oleh media adalah menyediakan referent konkrit dari suatu ide. Media juga memotivasi siswa dengan mengarahkan perhatiannya, mempertahankan perhatian, dan menciptakan respon emosional.

Teori Kode Ganda
Berdasarkan teori kode ganda (dual code theory) yang menyatakan bahwa ”informasi yang dikode secara visual dan verbal dapat diingat lebih baik daripada informasi yang dikode hanya dengan salah satu dari dua cara tersebut” (Nur, Muhammad, 1999:20). Peneliti berpikir untuk mempermudah menyampaikan materi secara visual kepada siswa diperlukan suatu alat bantu yaitu media pengajaran ( alat peraga).
Alat peraga yang digunakan dalam penelitian ini yaitu alat peraga dalam praktikum yang terdiri dari kelereng, rangkaian listrik, stop watch dan meteran. Alat peraga yang digunakan ini dikaitkan dengan materi yang sedang dipelajari oleh siswa. Sehingga dengan adanya alat peraga siswa dapat termotivasi dan lebih mudah dalam memahami materi yang sedang diajarkan oleh guru yang berarti meningkatkan daya serap siswa terhadap materi yang sedang dipelajarinya, dengan demikian prestasi siswa akan meningkat.

BAB III METODE PENELITIAN

Dalam melakukan penelitian diperlukan suatu rancangan agar penelitian sesuai dengan metode penelitian yang merupakan cara yang diatur dan terpikir dengan baik untuk mencapai maksud pada ilmu pengetahuan maupun dalam penelitian. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif eksperimental. Metode yang digunakan dalam penelitian ini meliputi metode pengumpulan dan analisis data.
A. Sasaran Penelitian
Sasaran penelitian ini adalah:
1. Populasi penelitian adalah seluruh kelas VII SMP Negeri 2 Bangsal
2. Sampel penelitian diambil secara acak, yaitu 2 kelas masing-masing untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol.
3. Kelas eksperimen, yaitu kelas VIIE dan kelas kontrol, yaitu kelas VIID.

B. Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah kuantitatif eksperimental. Dalam penelitian ini terdapat kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Kelompok kontrol dimaksudkan sebagai pembanding sejauh mana terjadinya perubahan karena treatment pada kelompok eksperimen. Treatment yang diberikan pada kelompok eksperimen adalah penerapan model pengajaran langsung dengan pemanfaatan media pengajaran (alat peraga), sedangkan pada kelompok kontrol diterapkan model pengajaran tanpa disertai pemanfaatan media pengajaran (alat peraga) selama pengajaran. Sebelum dimulai pengajaran pada kelompok kontrol dan eksperimen, diberikan pre test pada keduanya untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman siswa terhadap materi yang akan diberikan. Selanjutnya masing-masing kelompok diberi pengajaran sesuai dengan rancangan yang telah ditetapkan. Setelah pengajaran selesai kedua kelompok diberi post test.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan desain “ Pre test dan Post test Controlled Group Desain “ yaitu desain penelitian yang digambarkan sebagai berikut :
Tabel 3.1. Desain Penelitian
Kelompok
Pre test
Treatment
Post test
Eksperimen
T1
Xa
T2
Kontrol
T1
Xb
T2

Keterangan:
T1 : pre test ( pemberian tes sebelum pengajaran )
T2 : post test ( pemberian tes setelah pengajaran )
Xa : pengajaran fisika dengan penggunaan model pengajaran langsung dengan pemanfaatan media pengajaran (alat peraga).
Xb : pengajaran fisika dengan penggunaan model pengajaran langsung tanpa pemanfaatan media pengajaran (alat peraga).

C. Variabel Penelitian atau Definisi Variabel Operasional

1. Variabel bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penggunaan model pengajaran langsung dengan disertai penggunaan media pengajaran (alat peraga).

2. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar siswa yang diperoleh dari hasil tes setelah pengajaran.

3. Variabel Kontrol
Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah materi pengajaran, guru, waktu belajar, kemampuan awal siswa.

D. Instrumen Penelitian
Untuk memperoleh data dalam penelitian, maka instrumen penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
a. Silabus
Silabus adalah garis-garis besar, ringkasan, ikhtisar, atau pokok-pokok isi atau materi pengajaran. Penyusunan silabus bermanfaat untuk:
b. Rencana Pengajaran
Rencana pengajaran adalah salah satu perangkat pengajaran yang dibuat oleh seorang guru dalam mengajar yang meliputi:
c. Lembar Kegiatan Siswa
Komponen-komponen yang terdapat dalam lembar kegiatan siswa adalah kompetensi dasar, indikator pencapaian hasil belajar, alat dan bahan, prosedur eksperimen dan pertanyaan.
d. Lembar Evaluasi
Lembar tes digunakan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan belajar siswa pada subpokok bahasan energi.
e. Lembar Angket
Digunakan untuk mengetahui pendapat siswa tentang kegiatan pengajaran.
E. Metode Pengumpulan Data
Data penelitian diperoleh dari hasil tes siswa langsung dari sampel penelitian yaitu nilai pre test dan post test. Selain itu juga diperoleh data dari lembar angket respon siswa selama kegiatan pengajaran berlangsung.
F. Teknik Analisis Data
Analisis data yang dilakukan sebagai berikut :
a. Validitas item
Validitas adalah “suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Dalam uji coba ini kesahihan yang digunakan adalah teknik korelasi product moment dengan angka kasar yang dirumuskan sebagai berikut :
Suharsimi Arikunto, 2002 :160
dengan pengertian :
rXY : koefisien korelasi antara X dan Y
N : jumlah peserta tes
ΣX : jumlah skor butir soal
ΣY : jumlah skor total
ΣXY: jumlah hasil kali skor dengan skor total
Untuk mengadakan interpretasi mengenai besarnya koefisien korelasi adalah sebagai berikut :
· Antara 0,800 sampai dengan 1,000 : sangat tinggi
· Antara 0,600 sampai dengan 0,800 : tinggi
· Antara 0,400 sampai dengan 0,600 : cukup
· Antara 0,200 sampai dengan 0,400 : rendah
· Antara 0,000 sampai dengan 0,200 :sangat rendah

b. Reliabilitas item
Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi, jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Dengan demikian reliabilitas menunjukkan kepada pengertian konsistensi hasil ukur, sejauh mana pengukuran itu dapat memberikan hasil yang relatif sama apabila dilakukan pengukuran ulang.
Reliabilitas dicari dengan menggunakan rumus Hoyt, sebagai berikut :

Suharsimi Arikunto, 2002 : 166
dengan :
r ­­11 : reliabilitas instrumen
Vr : varians responden
Vs : varians sisa
Untuk mencari reabilitas instrumen langkah-langkah yang dilalui adalah sebagai berikut :
Langkah 1 :
Mencari jumlah kuadrat responden dengan rumus :

(Suharsimi Arikunto, 2002 :167)
dengan keterangan :
Jk(r): jumlah kuadrat responden
k : banyaknya butir pertanyaan
N : banyaknya responden atau subyek
Xt : skor total setiap responden
Langkah 2 :
Mencari jumlah kuadrat butir dengan rumus :
(Suharsimi Arikunto, 2002 :167)
dengan keterangan :
Jk(b) : jumlah kuadrat butir
SB2 : jumlah kuadrat jawaban benar seluruh butir
(SX­t)2: kuadrat dari jumlah skor total
Langkah 3 :
Mencari jumlah kuadrat total dengan rumus :
(Suharsimi Arikunto, 2002 :167)
dengan keterangan :
Jk(t) : jumlah kuadrat total
SB : jumlah jawab benar seluruh butir
SS : jumlah jawab salah seluruh butir
Langkah 4 :
Jk(s) = Jk(t) – Jk(b) – Jk(r )
(Suharsimi Arikunto, 2002 :168)
Langkah 5 :
Mencari varians responden dan varians sisa
Derajat bebas (db): banyaknya N setiap sumber varians dikurangi 1
(Suharsimi Arikunto, 2002 :170)
Langkah 6 :
Memasukkan ke dalam rumus r11

c. Uji daya beda
Uji daya beda butir tes digunakan untuk membedakan siswa yang pandai yang diwakili kelompok atas dan siswa yang bodoh diwakili kelompok bawah. Angka yang menunjukkan daya beda disebut indek diskriminasi (D).
D = - = Pa-Pb
(Suharsimi Arikunto, 2002 : 210)
Keterangan :
D = indek diskriminasi
Ba = banyaknya kelompok atas yang menjawab benar suatu butir
Bb = banyaknya kelompok bawah yang menjawab benar suatu butir
Ja = banyaknya semua siswa kelompok atas
Jb = banyaknya semua siswa kelompok bawah
Pa = proporsi siswa kelompok atas yang menjawab benar suatu butir
Pb = proporsi siswa kelompok atas yang menjawab benar suatu butir
d. Uji taraf kesukaran
P =
(Suharsimi Arikunto, 2002 : 211)
Keterangan:
P = taraf kesukaran butir soal.
B = banyak siswa menjawab soal benar.
Js = jumlah siswa peserta tes
Taraf kesukaran digunakan untuk mengetahui kategori item tes yaitu:
a. Sukar : 0.00 – 0.30
b. Sedang : 0.30 – 0.70
c. Mudah : 0.70 – 1.00
Dalam analisis data, analisisnya dilakukan secara statistik, yaitu menggunakan uji t, tetapi sebelum data tersebut diuji t, terlebih dahulu dianalisis tentang normalitas dan homogenitas.

Langkah – langkah analisisnya adalah sebagai berikut:
a) Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah sampel terdistribusi normal atau sebaliknya. Untuk itu digunakan uji chi-kuadrat dengan rumus sebagai berikut
(Sudjana, 1996:273)

Keterangan:
= normalitas sampel
= frekuensi yang diharapkan
= frekuensi pengamatan
Kriteria pengujian adalah :
Tolak Ho jika hitung tabel
Langkah pengujian :
a. Merumuskan hipotesis
Ho = sampel random berasal dari populasi yang berdistribusi normal
Hi = sampel random berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal
b. Menyusun skor pre test pada tabel distribusi frekuensi
c. Menghitung rata-rata
= ,
(Sudjana, 1996: 95)
dengan : fi = jumlah siswa
xi= tanda kelas interval
d. Menentukan varians (s)
s2 = (Sudjana, 1996: 95)
e. Menentukan bilangan baku (z)
z = , dengan xi batas kelas interval
f. Menentukan luas tiap kelas interval dengan melihat harga pada tabel F
g. Menentukan harga frekuensi harapan ( Ei )
Ei = n x luas tiap kelas interval
h. Menentukan dk = (k-3), k adalah banyak kelas interval
i. Menghitung harga x2
j. Menarik kesimpulan
b) Uji Homogenitas
Untuk menguji homogenitas sampel, digunakan uji Bartlett dengan langkah sebagai berikut :
· Merumuskan hipotesis
Ho = tidak ada perbedaan varians di antara kelompok sampel
Hi = ada perbedaan varians di antara kelompok sampel
· Menyusun skor pretes kelas kontrol dan eksperimen dalam tabel distribusi frekuensi
· Menghitung mean ( 1 dan 2 )
· Menentukan varians gabungan (sgab)
s2gab. = (Suharsimi Arikunto, 2002 : 290)
· Menentukan bilangan baku (B)
B = (log s2gab.) (Suharsimi Arikunto, 2002 : 291)
· Menentukan harga X2
X2=(ln10)
(Suharsimi Arikunto, 2002 : 292)
· Kriteria pengujian, tolak Ho jika X2 ≥ X2 (1-α)(k-1)
· Menarik kesimpulan
c) Uji Hipotesis
Uji t sebagai pengujian terhadap hipotesis dalam penelitian ini yaitu dengan langkah sebagai berikut :
· Merumuskan hipotesis
· Menentukan taraf signifikan = 0.05 dan dk = (n1+n2) – 2
· Menentukan kriteria pengujian
· Menentukan varians gabungan
(Sudjana, 1996: 208)
keterangan:
= rata – rata nilai kelompok eksperimen
= rata – rata nilai kelompok kontrol
= jumlah siswa kelompok eksperimen
= jumlah siswa kelompok kontrol
s2 = varians
= simpangan baku kelompok eksperimen
= simpangan baku kelompok kontrol
· Menentukan nilai statistik uji t
(Sudjana, 1996:239)
Kriteria pengujiannya adalah terima hipotesis bila - dengan diperoleh dari daftar distribusi t , derajat kebebasan =
· Menarik kesimpulan
e. ANALISIS DATA ANGKET.
Analisis data angket dilakukan dengan penarikan kesimpulan yang didasarkan pada persentase jawaban angket, angket siswa hanya diberikan pada kelas eksperimen. Secara singkat langkah-langkah menganalisis hasil angket adalah sebagai berikut:
1. Menghitung jumlah siswa yang memilih tiap alternatif jawaban.
2. Menghitung persentase dengan menggunakan rumus :
P = F / N X 100%

Keterangan:
P = Persentase (%)
F = Jumlah penjawab item
N = jumlah responden

f. KETUNTASAN BELAJAR.
Prestasi siswa selama pengajaran berlangsung diperoleh melalui evaluasi setelah pengajaran. Evaluasi merupakan fungsi yang paling utama dan merupakan bagian terpenting dalam program pendidikan. Evaluasi dalam pengajaran menempati kedudukan penting yang merupakan perbaikan situasi belajar dan mengajar sekolah bahkan program sekolah secara keseluruhan. Pengajaran sebagai sistem yang terdiri dari beberapa komponen yang saling berkaitan satu sama yang lain. Untuk mengetahui keberhasilan program pengajaran diperlukan evaluasi.
Evaluasi berhubungan dengan prestasi yang dicapai siswa. Prestasi siswa dapat dilihat melalui peningkatan hasil belajarnya dari nilai tes yang diperolehnya. Ketuntasan kelas digunakan untuk mengetahui daya serap siswa dalam satu kelas terhadap materi yang diajarkan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

KT = f / n X 100%

Keterangan:
KT = Ketuntasan kelas
f = Jumlah siswa yang tuntas
n = Jumlah siswa

secara berkelompok at­u satu kelas dianggap tuntas belajar bila ketuntasan kelas mencapai 85% dari jumlah siswa yang mencapai daya serap 65% (Usman, M.Uzer, 2000 : 64).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2005 dengan 6 kali tatap muka yang terbagi dalam 2 minggu yaitu minggu kedua dan ketiga dalam bulan Mei yaitu tepatnya pada tanggal 14 dan 21.
Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh data hasil penelitian yang meliputi data instrumen penelitian, nilai pre test dan post test. Data-data yang diperoleh dianalisis sesuai langkah-langkah pada Bab III.
A. Analisis Data Instrumen
Sebelum digunakan sebagai alat evaluasi dalam instrumen penelitian, butir-butir tes tersebut diujicobakan terlebih dahulu untuk mengetahui validitas atau kesahihan, taraf kesukaran tiap butir tes, daya beda serta reliabilitas butir tes. Uji coba butir-butir tes tersebut dilakukan pada siswa kelas VIID SMP NEGERI 1 Bangsal - Mojokerto.
Soal-soal yang diujicobakan sebanyak 25 butir soal dalam bentuk pilihan ganda. Setelah ujicoba instrumen penelitian ini, kemudian diadakan analisis yang meliputi validitas butir soal, reliabilitas butir soal, daya beda dan taraf kesukaran.
1. Uji validitas
Jumlah soal yang diujicobakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 25 butir soal. Dari keseluruhan soal tersebut ada 10 soal yang rendah nilai validitasnya sehingga dinyatakan gugur yaitu 3,10,17,19,
20,21,22,23,24,25. Kemudian sisa butir soal yang digunakan dalam penelitian atau dengan kata lain memiliki nilai validitas yang cukup dan tinggi sebanyak 15 butir soal, yaitu 1,2,4,5,6,7,8,9,11,12,13,14,15,
16,18
2. Uji reliabilitas
Uji reliabilitas pada penelitian yang mengambil sub pokok bahasan energi ini menggunakan rumus Hyott. Hasil perhitungan yang dilakukan diperoleh koefisien reliabilitas r11 sebesar 1,196 sedangkan rmomen product (rtbl 95%) sebesar 0,312 dan (rtbl 99% ) sebesar 0,403. Dari hasil tersebut diperoleh rhitung > rtabel menunjukkan item tersebut dinyatakan reliabel.
3. Uji daya beda
Dari butir soal yang telah diujicobakan diperoleh daya beda item yang dapat diklasifikasikan ke dalam kategori baik, cukup, jelek. Kemudian diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 4.1. Uji daya beda
Jumlah Item
Kategori
11
14
Cukup
Jelek

4. Uji taraf kesukaran
Dari keseluruhan item yang diujicobakan dapat diklasifikasikan dalam kategori soal sulit, sedang, dan mudah.
Hasil analisis taraf kesukaran dapat dilihat dalam tabel berikut :
Tabel 4.2. Uji taraf kesukaran
Jumlah Item
Kategori
6
12
7
Sulit
Sedang
Mudah

B. Data Hasil Penelitian
Hasil penelitian yang diperoleh berupa nilai pre test yang diberikan pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen sebelum diberi treatment oleh peneliti, dan nilai post test yang diberikan pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen setelah mendapat treatment dari peneliti. Angket diberikan pada kelompok eksperimen untuk mengetahui respon siswa terhadap proses belajar mengajar dalam kelas.
Dari angket dapat diketahui kekurangan dan kelebihan seorang guru dalam mengajar di kelas serta keinginan siswa tentang proses pengajaran untuk materi selanjutnya. Berdasarkan daftar nilai hasil belajar siswa kelas kontrol dan eksperimen dapat dilihat rata-rata belajar siswa pada masing- masing kelas pada tabel sebagai berikut :
Tabel 4.3 Nilai rata-rata belajar siswa
Kelas
Nilai Rata – rata
Pre test
Post test
Eksperimen
55,14
79,60
Kontrol
59,17
71,30

C. Analisis Data Hasil Penelitian
1. Analisis Data Pre test
a. Uji normalitas
Uji normalitas dilakukan pada nilai pre tes dari tiap kelas kontrol dan kelas eksperimen. Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui pola penyebaran data penelitian. Uji ini dilakukan dengan menggunakan rumus chi-kuadrat.


Dari perhitungan diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 4. 6 Uji normalitas
Kelas
db=k-3
x2hitung
x2tbl , =
0.05
Ket
Eksp
3
5,08
7,81
Normal

Kont
3
3,38
7,81
Normal

Terlihat dari tabel di atas bahwa x2htg < x2tbl ini berarti skor pre test berasal dari sampel yang terdistribusi normal.
b. Uji homogenitas sampel
Uji ini dilakukan pada data nilai pre test kelas kontrol dan kelas eksperimen. Uji homogenitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah sampel yang digunakan homogen atau tidak.
Perhitungan uji homogenitas ini menggunakan rumus Barlett, dengan hasil yang dapat dilihat dalam tabel di bawah ini :
Tabel 4.7 Uji homogenitas sampel
Data nilai
x2hitung
x2tbl α=0.05
Ketr.
Pre test
1,1213
3,481
Homogen

Terlihat bahwa nilai x2hitung < x2tabel maka dapat dikatakan data pre test sampel yang digunakan adalah homogen
2. Uji Hipotesis
Uji hipotesis yang digunakan adalah uji kesamaan dua rata-rata. Uji ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan peningkatan hasil belajar siswa antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
Ho : tidak ada perbedaan hasil belajar siswa kelompok kontrol dan
eksperimen.
Hi : ada perbedaan hasil belajar siswa kelompok kontrol dan eksperimen.
Setelah dilakukan analisis, diperoleh hasil perhitungan sebagai berikut :
a. Taraf signifikan yang digunakan adalah α = 0,05
b. Simpangan baku kelompok kontrol sk2 = 69,79
c. Simpangan baku kelompok eksperimen se2 = 31,58
d. Simpangan baku gabungan sgab2 = 50,91
e. Derajad kebebasan dk = 79
Hasil perhitungan secara singkat dapat dilihat dari tabel di bawah ini :
Tabel 4.8 Uji hipotesis
thitung
ttabel α = 0,05
5,23
-1,98 < t < 1,98

Terlihat bahwa nilai thitung di luar interval ttabel(α = 0,05) maka dapat dikatakan bahwa Ho ditolak dan Hi diterima. Ini berarti ada perbedaan prestasi siswa antara kelas kontrol dan kelas eksperimen.

D. Pembahasan Data Hasil Penelitian
Setelah dipaparkan hasil analisis dari keseluruhan data di atas, maka dapat dibahas hasil-hasil tersebut sebagai berikut :
1. Soal Instrumen
Jumlah keseluruhan butir soal yang diujicobakan adalah 25 butir. Setelah dilakukan analisis seperti pada Lampiran X, diperoleh jumlah butir soal yang dipakai dalam penelitian ini sebanyak 15 butir soal dan 10 soal dibuang atau tidak dipakai. Dari 15 butir soal inilah yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa yang berupa pre test dan post test.
2. Nilai Prestasi Belajar Siswa
Berdasarkan pada uji normalitas yang telah dilakukan diperoleh x2 untuk kelas kontrol 3,38 dan kelas eksperimen 5,08. Hasil yang diperoleh kurang dari x2 tabel sebesar 7,81 Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sampel dalam penelitian ini berdistribusi normal pada taraf signifikan 0,05.
Hasil uji homogenitas yang diberlakukan pada nilai pretes kelompok kontrol dan kelompok eksperimen diperoleh harga x2 sebesar 1,12 yang kurang dari x2tabel sebesar 3,48 dengan α = 0,05 maka kedua kelas yang digunakan adalah sampel yang homogen atau sama besar.
Untuk uji hipotesis yang menggunakan uji t, hipotesis dapat diterima karena nilai thitung = 5,23 dan ttabel = -1.98 <> ttabel dengan pada taraf signifikan α = 0,05. Dapat dikatakan ada perbedaan rata-rata nilai post test antara siswa yang diberi treatment dengan model pengajaran langsung dengan pemanfaatan media pengajaran (alat peraga) dengan siswa yang tidak diberi perlakuan selama kegiatan belajar mengajar.
Hasil observasi dari lembar pengamatan pada saat pembelajaran berlangsung, diperoleh data respon siswa terhadap proses belajar mengajar di kelas.
Berdasarkan hasil observasi dari lembar pengamatan respon siswa terhadap PBM dapat disimpulkan bahwa guru diharapkan memberikan kesempatan bagi siswa untuk bertanya (40%) dan setiap pembelajaran diharapkan memakai media pembelajaran (alat peraga) yang sesuai dengan materi yang diajarkan pada saat itu (60%), karena dapat menimbulkan motivasi bagi siswa .

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN
Berdasarkan pengujian hipotesis dan analisis data yang telah dilakukan diperoleh:
1. Ada perbedaan prestasi belajar siswa yang menggunakan alat peraga sebagai media pengajaran (kelas eksperimen) dan siswa yang tidak menggunakan media pengajaran (kelas kontrol), hal ini terbukti dari hasil nilai thitung = 5,32 dan ttabel = -1,98<> ttabel dengan taraf signifikan α = 0,05.
2. Respon siswa terhadap pengajaran dengan pemanfaatan media pengajaran (alat peraga) adalah sangat menyenangkan dan lebih mudah dalam memahami materi pelajaran yang sedang dipelajarinya.
Dengan demikian Pemanfaatan media pengajaran (alat peraga) dengan model pengajaran langsung pada subpokok bahasan energi berpengaruh terhadap prestasi siswa kelas VII SMP Negeri 2 Bangsal Kabupaten Mojokerto.

B. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh peneliti, ada beberapa sumbang pendapat sebagai berikut :
a. Melihat hasil penelitian tentang Pengaruh Pemanfaatan media pengajaran (alat peraga) dengan model pengajaran langsung dapat meningkatkan prestasi siswa, maka sebaiknya guru mengembangkan penerapan pengajaran ini dalam kegiatan belajar mengajar di kelas dan disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan oleh guru tersebut.
b. Dalam proses belajar mengajar sebaiknya guru memberikan kesempatan bagi siswa untuk bertanya, sehingga terjadi interaksi timbal balik antar siswa maupun interaksi siswa dengan guru.

Tidak ada komentar: